Blogaholic Designs”=

triiiiid

hanya se-Ekor tikus

Siang ini begitu terik, panasnya meresap kedalam pori-pori kulit. Beberapa kali kukipaskan jari-jariku kearah wajah yang lembab bermandi keringat, melihat begitu banyak orang berdesakkan di bus ini makin membuatku pusing dan ingin segera keluar dari bus. Sayang perjalanan masih membutuhkan waktu sekitar dua jam lagi.

Sambil menunggu bus sampai tujuan kupejamkan mata berharap dapat tertidur sekedar mengistirahatkan mata ini yang lelah terkena radiasi monitor saat bekerja. Tak lama hampir tertidur ada sesuatu yang bergerak dalam saku rokku. Entah kenapa aku tak berani untuk sekedar melihatnya. Aku hanya berani bergeser tapi terus saja benda yang membuat suatu gerakkan itu mengikutiku. Karena tak tahan aku bangkit, dan

”Arrgghhhh..!!!!!”, aku berteriak yang mungkin memekakakkan telinga seluruh penumpang didalam bus. Benar saja, semua mata memandang kearahku berdiri. Aku tak bisa berkata-kata, kurasakan wajahku memerah dan air mata jatuh di pipiku, lalu dengan tangan bergetar kuulurkan jariku kearah gerakan tadi dan semua mata mengikuti arah jariku menunjuk.

Seekor tikus hitam cukup besar dan bermata merah sedang mencari jalan keluar diantara tempat dudukku. Spontan seorang ibu gemuk yang duduk disampingku terlonjak kaget melempar seluruh barang bawaannya. Ia melompat-lompat ketakutan, ekspresinya melebihi ekspresi ketakutanku, hampir semua orang dalam bus juga ketakutan sebab kebanyakkan dari mereka adalah perempuan yang jijik dengan hewan kecil bernama tikus.

Semuanya panik begitu pula aku yang melihat mereka ketakutan. Semuanya berteriak menyuruh sang sopir berhenti. Sayang bus tak boleh berhenti dipertengahan jalan jadi harus menunggu halte berikutnya agar dapat berhenti, dan itu sekitar 15 menit lagi. Aku tak tahu harus bagaimana, semuanya membuatku bingung, antara bising teriakkan para wanita dan jijik ingin menyingkirkan tikus itu. Saat aku sedang berfikir mencoba untuk menyingkirkannya, tiba-tiba seorang laki-laki menghampiriku, bukan untuk menolongku melainkan mengambil tikus raksasa itu, lalu memasukkannya kedalam kantong plastik hitam yang ia bawa. Semuanya lalu diam, lelaki itu membawa kantong plastik yang berisi tikus ketempat duduknya semula. Yang lain mulai tenang dan kembali duduk. Tapi aku tidak, kuperhatikan ia, tubuhnya kurus, pakaianya lusuh, kulitnya pekat terbakar matahari, sedikit berjenggot. Kira-kira usianya 20 tahunan. Kurasa ia seorang preman atau paling tidak gelandangan.

“duduk neng!”, suara si ibu gemuk membuyarkan lamunanku tentang laki-laki itu.

“ah..eh iya, kok dia diem aja ya bu?”, tanyaku

“siapa??”, si ibu balik bertanya

“laki-laki yang tadi ngambil tikus itu!!”

“Oh gak tahu ibu juga, ah biarin yang penting kan udah di ambil tuh tikusnya. Emang kenapa neng..?”

“gak kok bu, Cuma aneh aja. Tanpa banyak omong, langsung bertindak gitu..?”

“lah emang yang kaya gitu aneh?”, tanya si ibu

“ya aneh lah bu, jarang ada orang yang sedikit bicara banyak bertindak!”, jawabku

“yah si eneng, jauh banget pikirannya, udahlah jangan dipikirin, manusia kan banyak macemnya!”

“hmm..iya bu”,

Bus terus melaju, ingin kulupakan laki-laki yang sedikit bicara itu, ah mungkin tak dapat bicara, bisu. Mmh..pikiranku,aku jadi ingin tahu kemana tujuannya. Lalu kucoba bangun dari kursiku, menengok kebelakang, yup!!

“hah..??!!”,

“ada apa neng? Mau turun? Udah dari tadi bis berentinya..”, tanya si ibu gemuk

“Di halte depan aja..!”, tambahnya.

“gak bu, saya nyari laki-laki yang tadi..”, kataku

“lelaki yang mana?”, tanya si ibu sambil ikut mencari

“yang tadi ngambil tikus itu loh??”,

“oh..masih dipikirin? Kayaknya dia udah turun di halte yang tadi, kenapa neng?”,

“gak kok bu, gak apa-apa”,

Yah mungkin memang belum jodoh untuk kenal, tapi setidaknya aku tahu kemana tujuannya, Halte 4, komplek pekuburan. J


Leave A Comment